Kamis, 20 Mei 2010
Study Tour @ Yogyakarta - Indonesia
waktu itu , emm beberapa minggu yang lalu, saya bersama seluruh teman seangkatan dari SMAN 12 jakarta melaksanakan study tour ke jogja,, wihhh jogja,,pasti semua orang merasa tertarik untuk kesana,,hari itu hari sabtu,ketika berangkat,anak anak pasti merasa semangat bukan,EH EH EH... pasti langsung lah gua update status di twitter,, isinya begini @katochioo says : Sejenak meninggalkan kota jakarta,wahahaha ternyata banyak anak12 YANG UPDATE STATUS begitu juga,.OTW JOGJA dan lain lain,,saat perjalanan sih awalnya asik asik aja,eh lama lama bosen lah,secara duduk di bis seharian,,pegel kan bokong kita,hahaha tapi yaudah lah LET IT FLOW aja yaaa,hahaha...udah terbenak di fikiran gua , hal pertama yang pasti gua lakukan KALO SAMPAI DISANA adalah jeng jengjeng jen ... FOTO FOTO LAH,, gimana sih,masa gak tau,hehehe pasti semua orang ingin mengabadikan momen momen disana.Eh sampainya di jogja pertama ke CANDI BOROBUDUR DULU LOHH.. sampe disana apa??? YA FOTO FOTO LAH,,hahaha selain belajar juga pastinya.. di CANDI BOROBUDUR tangganya banyak yaa,,katanya sih beribu ribu,,terus CANDI BOROBUDUR KAN pernah menjadi SALAH SATU KEAJAIBAN DUNIA YA , tapi kenapa enngak lagi ??? Kita harus dukung berarti tuhh ...EH EH EH ,, masa gua dikatain SAYKOJI,,alaah apa coba,,gara gara ukuran gua extra kali ya,, HEMMM.. BT BT BT .. hahaha (sok imut) .. katanya ada mitos juga siapa yang bisa meraih patung di dalam candi permintaanya akan terkabu,, KEMBALI YA MITOS ITU MITOS.. UP TO YOU ya mau percaya atau nggak,tapi coba coba aja ya kalo kesana..trus ke CANDI PRAMBANAN JUGA,, WUIIIHHHH UDARANYA PANASS EUYY,, iyalah siang hari bolong,,matahari terik,,gimana ga panas ??? ALHASIL BT sajalah yang didapat, EH ga lupa apa FOTO FOTO Lah di CANDI PRAMBANAN ,, hahahahaa Mr.Supri ricky,akbarry,johan dan gua ngajak ngomong BULE LOH,,ujung ujungnya minta foto bareng,,hiihhaaaa... besoknya kita ke UGM , MALIOBORO ,KASONGAN pokoknya seru ,, di MALIOBORO apalagi,,secara Jogja terkenal kan dengan Malioboronya,, EH gua sih di sana biasa aja,sama aja ... kayak pasar malem deh kalo gue bilang.. Tapi namanya anak jakarta YA,kemana mana pasti ujung ujungnya MALL,hahaha Gua , Ricky , Aafi , indah , nai , ajeng dan lain lain nge J-COOL-ing bareng aja dehh,,hahaha Rp 15.000,- dapet ,,lumayan lahh,,, tuker tukeran toping,, jalan di pinggir jalan,,wuuiihh SERU dahh !!! Besoknya gua Ke DIENG lohh,, SUMPAH dieng paling gua suka ,, VIEW nya bagus bagus banget, Langsung lah pasti FOTO FOTO,,RUGI BESAR DEH GA FOTO FOTO DI DIENG,,hahaha FOTO gue banyak lohh disana,,entar deh gua UPLOAD ya Guys.. di DIENG ITU BANYAK KEAJAIBANYA,, ada TELAGA WARNA,KAWAH,CANDI dll,,Berkesan banget dehh yaa,, Oiya disana gue sama anak2 kalo ngomong sampai berasap loh Mulutnya,, KALIAN TAU APA YANG GUA INGET PERTAMA KALI SAAT MULUT GUA BERASAP ??? FILM TITANIC hahahahahhaa disana kan berasap juga tuh kalo ngomong,,kerenzz.. pokoknya asyik dahhh..
Rabu, 03 Maret 2010
Lionel Leo Hampton
MUSISI jazz legenda dunia dari Amerika Serikat, Lionel Leo Hampton, tampak begitu menikmati permainan pianonya. Guratan ketuaan di wajahnya memang terlihat, namun di situlah tergambar, bagaimana sosok Lionel yang telah menjadi raksasa musik jazz sejak pertengahan tahun 1930-an, masih mampu bergiat di dunia musik hampir tiga perempat abad.
Penerima Cross of Merit for Science and Arts, anugerah kebudayaan tertinggi dari pemerintah Austria tahun 1998 itu, meninggal 31 Agustus tahun 2002, dalam usia 94 tahun. Namun, dengan dipamerkannya foto Lionel karya fotografer Perancis, Nina Contini Melis (66), di Pusat Kebudayaan Italia, Jalan HOS Cokroaminoto 117, Menteng, Jakarta, Lionel seakan hidup kembali menyapa penggemar musik jazz di Indonesia.
"Lionel adalah legenda hidup yang terakhir dari swing. Memandang fotonya, yang dibuat Nina Contini tahun 1987 di Perugia, mengembalikan imajinasi saya ke musik jazz swing," kata Dian, penggemar musik jazz dan penyuka fotografi. Swing merupakan salah satu bentuk dan gaya yang sangat kuat dan berpengaruh luas dari musik jazz.
Pameran foto karya Nina Contini Melis menarik, karena tidak hanya menampilkan foto Lionel Hampton, tetapi juga musisi-musisi jazz dunia lainnya, yang nama-namanya cukup melegenda di dunia. Ada Miles Davis, yang dikenal sebagai pelopor cool jazz . Pemain trompet yang suka beralih-alih gaya ini merupakan salah satu dari peniup terompet papan teratas di tingkat dunia. Ia bisa disejajarkan dengan nama-nama kondang lain, seperti Louis Armstrong, Dizzy Gillespie, dan Roy Eldridge.
Foto Miles Davis yang dipamerkan diambil Nina Contini ketika tampil dalam suatu pertunjukan jazz di Roma, tahun 1982, atau sembilan tahun sebelum Miles meninggal dalam usia 65 tahun. Tiupan trompet Miles davis dikenal penuh emosi. Di satu saat bisa terasa syahdu dan menyentuh, tetapi di saat lain terdengar penuh kemarahan dan sakit hati. Dalam penampilannya, Miles mencampurkan antara bunyi dan kesenyapan. Senyap, baginya, sama pentingnya dengan bunyi. Foto Miles karya Nina seakan mengungkapkan hal ini.
Lihat foto Ron Carter yang begitu ekspresifnya saat memetik Cello. Foto tersebut ketika Ron Carter masih muda, ketika berusia 44 tahun, saat ia tampil di Perugia tahun 1981. Ron Carter yang dikenal sebagai pemain bas dan cello legendaris yang pernah mendukung Quinted Jazz Miles Davis kedua pada era 1960-an itu, tanggal 4 Mei mendatang genap berusia 72 tahun.
Setidaknya itulah gambaran dari sejumlah musisi legenda musik jazz, yang fotonya diambil ketika dalam pertunjukkan oleh Nina Contini Melis, yang mengabdikannya dunia jazz dalam bentuk foto. Ada juga foto yang diambil saat sang legendaris berada di luar atau di balik panggung.
Lihatlah misalnya, Betty Carter, penyanyi jazz Amerika yang terkenal dengan teknik improvisasi dan idiosyncratic vocal style, yang lagi tertawa lepas. Fotonya diambil tahun 1979 di Roma, ketika Betty berusia 50 tahun. Penyanyi yang pernah tampil dengan Miles Davis ini, meninggal 26 September 1998, dalam usia 69 tahun.
Selain Betty, ada sejumlah legenda jazz dunia lainnya yang difoto di luar panggung, seperti Woody Shaw (1944-1989), ketika berusia 38 tahun, Danny Richmond, Steve Lacy, Sun Ra, Charles Lloyd, dan banyak lagi yang ditampilkan dalam keadaan wajar ketimbang pada saat konser. Dalam pameran yang berlangsung hingga 25 Maret itu, Nina memamerkan 20 tokoh jazz legenda dunia, para raksasa jazz.
Pengalaman Nina yang tinggal di empat benua membuatnya dapat mendokumentasikan evolusi genre, mulai dari gerakan free jazz di Roma pada akhir tahun 1960-an, hingga periode loft jazz yang memenuhi panggung-panggung di New York pada pertengahan tahun 1970-an dan sampai ke Tokyo pada tahun 1980-an.
Nina yang pernah menjabat Direktur Artistik International Women in Jazz di Roma, 1979, pernah pameran foto tokoh-tokoh jazz antara lain di New York (1976), Roma (1980, 1981, 1982), Paris (1996, 1997), Belgia (1999), Indonesia (2009).
Pada tahun 2005, nama Jamie Cullum kian terkenal bukan hanya di kalangan penikmat musik jazz saja. Hampir semua pencinta musik tahu dan suka dengan lagu. MIND TRICK Sejak saat itu, rasanya Jamie sudah cukup lama tidak mengeluarkan album baru. Namun ternyata, ini bukan berarti ia sedang vakum dari dunia musik. Jamie tetap berkarya dengan mengisi soundtrack beberapa film seperti Meet the Robinsons (2007), Grace is Gone (2007) dan puncaknya ketika ia dinominasikan untuk meraih piala Golden Globe untuk lagu "Gran Torino" (2008), hasil kolaborasinya dengan sang sutradara kawakan: Clint Eastwood. Berselang empat tahun setelah merilis albumnya yang berjudul "Catching Tales", ia akhirnya hadir kembali dengan album "The Pursuit".
Mendengarkan "The Pursuit" rasanya seperti mengendarai mesin waktu, menjelajah berbagai dekade
(from Cole Porter to Rihanna!) untuk menikmati berbagai jenis musik. Jamie Cullum lebih memilih
untuk bereksperimen agar bisa memberikan sesuatu yang baru dalam album barunya. Untuk itu, Jamie
berhak untuk mendapatkan perhatian yang lebih atas usahanya mencampur berbagai aliran musik, mulai
dari jazz klasik/standard, kontenporer, britpop, bahkan techno. Para musisi/vokalis jazz pastilah
sudah terbiasa meng-cover lagu-lagu Cole Porter. Namun sampai saat ini, mungkin hanya Jamie Cullum
yang berani mendaur ulang sebuah lagu R'n'B milik Rihanna "Don't Stop the Music".
Album ini dibuka dengan lagu "Just One of Those Things" dengan intro vokal Jamie yang khas diiringi
alunan piano kemudian disambut oleh iringan big band yang megah, kian mempertegas eksistensi Jamie
Cullum sebagai seorang musisi jazz. Namun, selama ini Jamie Cullum memang dikenal sebagai salah
satu musisi crossover yang jenius. Ia tidak melulu membawakan musik jazz. Seperti dalam lagu "I'm
All Over It" yang dipilih sebagai hit pertama di album ini, lebih bernuansa pop dan gampang akrab
di telinga siapa saja. "Wheels" dan "Mixtape" sedikit banyak mengingatkan saya pada musik Coldplay
khususnya pada permainan piano sang vokalis: Chris Martin. Sedangkan untuk "We Run Things" dan
"Music is Through", kedua lagu ini mampu memperdengarkan Jamie Cullum sebagai musisi serba bisa
yang tak kalah asyik jika dibandingkan dengan sang maestro music-techno: Moby. Selanjutnya, Jamie
Cullum tak lupa menyelipkan sebuah lagu dengan beat-beat khas musik latin yang mampu mengajak
pendengarkan untuk berdansa atau bergoyang: "You and Me are Gone". Memang, album Jamie Cullum kali ini lebih didominasi oleh lagu-lagu upbeat. Namun, lewat lagu "I Think I Love", Jamie tetap bisa
menghadirkan suasana tenang lewat vokal dan permainan pianonya.
Secara pribadi, "The Pursuit" adalah album yang terbaik dari Jamie Cullum. Jika dibandingkan dengan
album-album sebelumnya, saya merasa bahwa album ini lebih variatif, lebih kaya, lebih berani dan
materinya lebih matang (mungkin karena dipersiapkan lebih lama). Don't miss it. Sangat disayangkan
bila anda harus melewatkannya. (4,5 out of 5 stars ) - Theo Karaeng - JuzzJazz.com
Selasa, 02 Maret 2010
Hey Guy's Profil kali ini JOHN LEGEND , secara dalam jangka waktu dekat ini,Ia bakalan datang Menghibur peminat music jazz di Indonesia ,,so ini dia biografnya :
Apakah Anda menyebutnya "nasib" atau "takdir" atau "panggilan," kenyataannya adalah bahwa sebagian orang dilahirkan untuk menyanyi dan menciptakan musik. Jika Anda bertanya salah satu "legenda" dalam bisnis musik, kemungkinan Anda akan mendapatkan variasi pada gagasan bahwa musik adalah dan selalu telah menjadi artis ekspresi paling alami. Industri terbaru "legenda" - John Legend, sebenarnya - mengungkapkan bahwa sejak usia lima atau enam, ia diharapkan dapat "ditemukan."
"Aku digunakan untuk menonton Michael Jackson di televisi dan kupikir aku bisa melakukan apa yang dia lakukan." Musik telah menjadi tema sentral dalam kehidupan John Legend (lahir John Stephens) untuk selama ia dapat mengingat dan sekarang, sekitar dua puluh tahun kemudian, multi-talented ini penyanyi, pencipta lagu, musisi, arranger dan produser yang memuaskan para mimpi dan ambisi masa kanak-kanak.
Dengan Dapatkan Mengangkat, utamanya album debut label Columbia Records, Legenda menunjukkan kemampuan yang langka untuk menyatukan "merasa" dan getaran dari sekolah tua jiwa klasik musik dengan rasa gelisah abad ke-21 hip-hop. Sementara tema romantis tradisional menyerap R & B John's Get Mengangkat, alsoa ada jalan-hipness layak dan keyakinan: yang sensualitas Marvin Gaye dan Stevie Wonder ketulusan menyatu dengan keterusterangan dari Snoop Dogg dan kecerdasan dari Kanye West. Namun, John Legend sangat banyak artis-nya sendiri,
tunggal berbakat dengan bakat dan kepekaan yang unik.
Ambil "Ordinary People," salah satu jejak terakhir John bekerja di dalam musim panas tahun 2004 untuk album tersebut, yang diproduksi oleh eksekutif hitmaker Kanye West (yang juga co-wrote dan diproduksi beberapa trek pada catatan). Direkam dengan Yohanes sederhana dan sedih iringan piano, lagu ini, menurut penciptanya, "riil, sebuah pengalaman komposit. Ini tentang cinta, bukan sebagai khayalan atau dongeng, tapi karena ini benar-benar berjalan di antara dua orang."
"Used To Love U," single pertama yang menular - co-ditulis dan diproduksi oleh Kanye West - telah, menurut Yohanes, "seorang bangin 'hip-hop dengan sedikit mengalahkan rasa Latin, dan melodi dan vokal penuh perasaan pengaturan ; it's a cool campuran dan perpaduan dari pengaruh musik yang berbeda. Kami memiliki Black Eyed Peas tanduk dan pemain gitar di trek sehingga Anda mendapatkan sedikit rasa mereka juga. "
Dengan produksi oleh Barat, pemusik terkenal lama Dave Tozer dan devo Harris, dan Will.I.Am dari Black Eyed Peas, Dapatkan Mengangkat menjalankan gamut dari perayaan "Live It Up" - yang Yohanes gambarkan sebagai "kesaksian pribadi tentang bagaimana kerja keras dan membayar iuran benar-benar membayar "- dengan pemikiran" Refuge (When It's Cold Outside), "spiritual balada menggugah mengingatkan pada Lauryn Hill.
Di antara yang mengesankan Yohanes mengumpulkan kredit dalam beberapa tahun terakhir (termasuk sesi bekerja dengan Alicia Keys, Janet Jackson, Talib Kweli, Jay-Z, Britney Spears, Hawa, Common, Black Eyed Peas dan, tentu saja, Kanye West), Yohanes adalah terutama bangga karyanya pada "Semuanya adalah Segalanya," kunci luka di Hill's multi-platinum Grammy pemenang The Miseducation dari Lauryn Hill. "Melalui seorang temannya," kata Legenda, "Aku pergi ke studio ketika Lauryn sedang mengerjakan album itu dan aku menyanyikan beberapa lagu asli untuknya dan berakhir dengan bermain piano di lagu itu. Aku masih sangat bangga bahwa yang catatan besar pertama aku berada di. "
Menghitung Lauryn Hill dan Stevie Wonder, Aretha Franklin, Curtis Mayfield, Al Green dan The O'Jays di antara pengaruh-pengaruh utama (bersama dengan Injil membunuh artis seperti Edwin Hawkins, Shirley Caesar, Ditugaskan, John P. Kee dan James Cleveland ia mendengar selama formatif tahun), John Legend telah menggabungkan inspirasi-nya menjadi suara baru yang mengagumkan semua sendiri. Anda dapat mendengarnya pada trek seperti "Dia Don't Have To Know" dan "# 1" (yang menampilkan Kanye West), sepasang lagu berurusan dengan usia-topik lama
perselingkuhan. Yang terakhir, Yohanes berkata sambil tersenyum, "Saya kira Anda dapat mengatakan bahwa yang 'pria' song. It's a bit lidah-di-pipi, pada dasarnya mengatakan, 'Hei, aku tahu aku ditipu, tapi aku seorang pria begitu apa yang kau harapkan? " Banyak tradisional R & B tidak memiliki kecerdasan dan kesombongan yang Anda temukan dalam hip-hop, dan itulah yang saya ingin masukkan dalam musik saya. "
Di ujung seksi, ada "Let's Get Mengangkat," sebuah jip riang rasa memotong dan mendesis "Jadi High." Sebaliknya, John juga referensi-nya bergerak dari Springfield, Ohio, untuk bersekolah di Philadelphia melalui "Johnny's Gotta Go" (diproduksi oleh Dave Tozer) dan cintanya untuk keluarga dengan penuh perasaan "It Don't Have To Change (The Family Song ), "kata John yang termasuk" hampir seluruh keluarga saya bernyanyi dengan saya - ibu saya, ayah saya, nenek saya, bibi saya dan
paman dan saudara-saudaraku (dua saudara laki-laki dan seorang saudara perempuan). Mereka semua pada trek yang memiliki doo-wop jenis pengaturan harmoni. "
Keluarga akar adalah penting kepada Yohanes dan ia mengingat dibesarkan di sebuah
musik jelas rumah tangga: "Ada piano di rumah dan aku belajar untuk memainkan musik dan membaca sejak dini. Pada saat aku berusia delapan atau sembilan, aku sedang bermain di gereja lokal untuk paduan suara. Nenek mengajari saya banyak Injil lagu dan antara pelajaran dalam musik klasik dan menyanyi dan bermain di gereja, aku benar-benar mengembangkan saya 'telinga. " Aku selalu menyukai perasaan ketika orang menanggapi saya bernyanyi dan bermain jadi saya sudah membuat
catatan Injil kecil di SMA. Aku ambisius dan hanya senang berada di atas panggung. "
Sementara paparan awal adalah Injil, Yohanes adalah tuning ke radio pada saat ia masih di awal remaja mendengarkan orang-orang seperti Jodeci, Boyz II Men, LL Cool J dan MC Hammer. Dengan bakat musikal jelas, John diaplikasikan ke berbagai perguruan tinggi untuk beasiswa dan memilih untuk pergi ke University of Pennsylvania, jurusan dalam bahasa Inggris. Tetapi antara studi dan pekerjaan sehari-hari untuk menyimpan uang masuk, Legenda menghabiskan hampir setiap bangun jam membuat musik, merekam CD dengan perguruan tinggi grup a cappella,
tampil solo menunjukkan bakat dan terbuka mics, dan mengarahkan paduan suara di gereja lokal. Hanya beberapa bulan sebelum mulai bekerja pada Dapatkan Mengangkat, Legend akhirnya mengakhiri sembilan tahun masa jabatannya sebagai direktur musik dan paduan suara di Betel AME Gereja di luar Philly.
Berada di Philadelphia pada akhir tahun 90-an diperbolehkan Yohanes pemaparan ke beberapa artis baru - seperti Jill Scott dan The Roots - yang berada di inti yang sedang berkembang "neo-jiwa" gerakan. Berkomitmen untuk keahliannya, John terus tampil di dan sekitar Philly dan pada 2000, ia telah memperluas basis penonton dengan melakukan pertunjukkan di New York, Boston, Atlanta, dan Washington, DC. John sering muncul pada tagihan yang sama nasional seperti itu R & B seniman sebagai Musiq,
Jaheim, Amel Larrieux, Glenn Lewis dan Floetry ketika mereka tampil di wilayah ini dan mulai merekam beberapa pertunjukan live-nya. CD awal seperti rilis tahun 2000, John Stephens, dan 2001's Live At Uptown Jimmy menghasilkan penjualan di John's menunjukkan dan di situs. Studio rekaman - seringkali dilakukan dengan teman kuliah, Dave Tozer - itu dibuat "dengan maksud
mendapatkan kontrak rekaman. Aku tidak pernah benar-benar frustrasi karena selalu ada sedikit 'kemenangan' ditambah orang-orang sungguhan, audiensi, menyukaiku. Anda harus memiliki banyak stamina untuk terus berjalan. "
John kesabaran lunas: melalui kuliah teman sekamar dan kolaborator devo Harris, ia bertemu dengan Kanye West (Harris sepupu), yang muncul sebagai produser untuk tindakan hitmaking seperti Jay-Z dan Scarface dan seniman di kanan sendiri (melalui sekarang terbaik -penjualan album The College Dropout). "Saya pertama kali bertemu Kanye setelah ia datang untuk melihat salah satu acara," kenang Legend. "Butuh beberapa saat bagi kita untuk mulai bekerja bersama-sama. Yang pertama kali adalah ketika ia menyuruh saya datang untuk menyanyi kait pada beberapa lagu yang akhirnya membuat
College Dropout album. Kemudian dia memberiku beberapa beats sampai menulis untuk demo. Setelah sekitar satu jam setengah menulis, aku kembali dengan sebuah lagu yang berjudul 'Apakah Yang saya Gotta Do,' didasarkan pada sampel mengalahkan Aretha's 'Til You Come Back To Me. " Dia memainkan lagu pertama untuk sekelompok orang dan mereka semua menyukainya, jadi kami mulai bekerja sama lagi dan lagi. "
Pada akhir 2002, John mulai bekerja dengan Kanye lebih sering, bermain piano, bernyanyi dan co-menulis dua lagu di album College Dropout sambil menambahkan kredit mengesankan ke resume terus berkembang: pada tahun 2003, John meminjamkan bakat vokalnya untuk "Kau Don't Know My Name, "timah tunggal dari multi-platinum Diary Of Alicia Keys ditetapkan, serta sebagai co-menulis, bernyanyi dan
bermain di Kanye West remix dari "Jika aku Bukankah Got You" dari album yang sama. John's kolaborasi dengan Barat juga termasuk menyanyi dan bermain piano di "Encore" dan "Lucifer," lagu dari Jay-Z's The Black Album. Yohanes juga vokalis dan co-penulis "The Boogie Itu B," dari Black Eyed Peas 'Elephunk album.
Dengan kata-dari mulut ke mulut menyebarkan industri antara eksekutif dan seniman, John menemukan dirinya membuat sejumlah penampilan tamu tercatat pada proyek-proyek yang berbeda pada tahun 2003 dan keluar pada tahun 2004: ia bermain keyboard pada "Overnight Celebrity" (dari Twista's Kamikaze CD); bernyanyi, bermain dan muncul dalam video untuk Dilated Peoples ' "This Way"; co-wrote dan dimainkan pada Janet Jackson's "I Want You";
co-menulis, dimainkan dan dinyanyikan pada "Saya Coba," timah tunggal yang menampilkan Mary J. Blige, dari Talib Kweli's Beautiful Perjuangan album (yang juga fitur Yohanes bekerja sebagai vokalis dan pianis di lagu "Around My Way"). Selain juga bernyanyi memimpin di Desa Kumuh's "Egois," John dimainkan pada sesi Hawa, common dan Britney Spears saat masih tampil di klub-klub dan membuat dua diproduksi secara lebih mandiri tinggal CD, Solo Sessions, Vol. 1:
Live at The Knitting Factory dan Live At SOB's.
Pada akhir 2003, Kanye West telah menandatangani multi-faceted Legenda sebagai artis pertama kepada perusahaan produksi, KonMan Hiburan, dan kesepakatan dengan Columbia Records segera menyusul. Setelah sign dengan label, John mulai tugas memilah-milah banyak lagu yang telah ditulisnya selama bertahun-tahun, akhirnya menyempit hingga ke empat puluh lagu - "dalam berbagai tahap pembangunan" - dan bekerja sama dengan Barat pada lusin atau sehingga lagu-lagu yang akan membuat album. "Saya tahu bahwa album ini akan menetapkan nada untuk apa
terjadi dengan karier rekaman saya, "John memprediksi." Lagu pertama, 'Used To Love U,' adalah apa yang catatan-beli masyarakat akan melampirkan padaku. Ini bisa menjadi apa yang saya dikenal. "
Diminta untuk menggambarkan gaya, Yohanes berkata, "Itu sangat menggetarkan jiwa, berakar pada
Injil tapi dengan hip-hop beats dan unik, jenaka lirik, lebih 'besar' daripada 'minor', lebih dari sebuah 'merasa baik, "suara ceria." Itu dicontohkan oleh afore-disebutkan "Apakah Yang saya Gotta Do" (feat. Kanye West), dengan kait dan mengesankan langsung lagu seperti "I Can Change" (feat. Snoop Dogg), yang menggambarkan Yohanes sebagai "penebusan germo saya lagu! Seperti, aku tahu aku
gonna get benar dengan gadis ini, aku akan bertobat. It's hip-hop dengan sebuah
Injil rasa dan kami memiliki sebuah paduan suara bernyanyi di trek. "meniru orang-orang seperti" jenius lembut "Curtis Mayfield, Yohanes menawarkan tender indah" Stay With You, "contoh baik lagi kemampuannya untuk membawa sendiri baik-crafted kesenian musik yang harks kembali ke hari lain dan waktu.
"Saya awalnya diberi nama John Legend oleh seorang teman dari Chicago karena dia pikir aku terdengar begitu mirip artis sekolah tua," John mengaku. "Awalnya, saya pikir itu lucu disebut 'Legenda', tapi kemudian banyak teman-teman saya mulai memanggil saya itu dan itu benar-benar tersangkut sehingga semakin banyak orang yang memanggilku 'Legenda' dari nama asli saya. Jadi aku mulai untuk mempertimbangkan menggunakan itu sebagai nama panggung. Aku tahu kedengarannya agak sombong, tapi kupikir itu pasti akan membuat saya berdiri keluar dari kemasan. saya pikir itu akan membuat orang menaruh perhatian kepada saya. Dan begitu aku telah
perhatian mereka, saya berharap untuk membuat mereka jatuh cinta dengan musik. Dengan menjadi 'John Legend,' Aku menaruh tekanan pada diri saya sendiri tapi aku akan mencoba untuk menghayati dan saya berharap musik saya akan hidup sampai itu. "
Satu mendengarkan namun penuh perasaan tegang Dapatkan Mengangkat dan tidak ada pertanyaan bahwa John Legend memang memberikan kesepakatan yang sesungguhnya, yang hidup hingga namanya dan awal bab berikutnya dalam karir penuh dengan janji dan kemungkinan.
Jumat, 05 Februari 2010
Profil Kali ini
Artists
Endah & Resha
Genre : Instrumental Jazz
About This Act :
Endah N Rhesa adalah duo gitar-vokal dan bass dengan konsep akustik ballads modern. Kami ingin menciptakan sebuah atmosfer baru dalam musik akustik. Dengan konsep minimalis inilah kami merasa lebih bebas bereksplorasi untuk mengekspresikan idealisme ke dalam bentuk musik. Selain itu, kami dapat memasukkan elemen-elemen baru secara instumental dan bekerja sama dengan musisi-musisi lainnya untuk memperkaya musik kami.
Musik akustik memiliki karakter yang natural, jujur dan tidak pernah habis termakan waktu maupun tren yang berlaku. Selain itu, musik akustik mewakili karakter endah N rhesa dalam melahirkan sebuah kemasan musik cooling down, casual elegant, personal & intimate. Lirik-lirik kami bercerita mengenai cinta, ekspresi dan perasaan hati, kehidupan, serta pemikiran dari hasil perenungan yang mendalam. Kami menciptakan unsur melodi, harmoni dan rythm dengan cara kami ke dalam format akustik duo endah N rhesa. Unsur rythm yang biasa dihasilkan oleh perkusi dapat diterjemahkan ke dalam instrumen melodis gitar dan bass.
Tingkat eksplorasi inilah yang menjadi tantangan bagi kami dari waktu ke waktu. Sedangkan unsur harmoni dan melodi menjadi kekuatan tak terbantahkan dalam lagu maupun layer-layer vokal pada musik kami. Begitu banyak musisi yang memperngaruhi musik endah N rhesa antara lain Dave Matthews Band, Kings of Convinience, Jack Johnson, James Taylor, John Mayer, Bela Fleck and The Flecktones, Cozy Street Corner,Bonita, Daniel Powter, Jamie Cullum, Earth Wind and Fire, Louise Armstrong, Norah Jones, Ella Fitzgerald, New York Voices, Eva Cassidy, Alanis Morissette, Lisa Loeb, Sheryl Crow, dan lain � lain .
Kami percaya bahwa pengaruh tersebut tidak akan pernah ada habisnya seiring perjalanan musik kami. Kami pun tidak akan membatasi musik kami ke dalam kotak-kotak genre tertentu, juga tidak akan membatasi musik-musik yang kami dengar karena banyak sekali karya-karya luar biasa yang dihasilkan musisi-musisi dalam sejarah kehidupan manusia. endah N rhesa terbentuk pada tahun 2004 dan telah menghasilkan album independen yaitu Nowhere To Go dan pre-album Real Life. Nowhere To Go dikemas kembali dan (akan) rilis di awal tahun 2009.
Java Jazz 2010
http://www.javajazzfestival.com/2010/
Jumat, 22 Januari 2010
Jazz itu sendiri adalah musik tradisional Amerika yang perkembangannya bermula pada akhir abad 19 dan awal abad 20 dalam komunitas Afro Amerika di daerah Amerika Selatan.
Kata Jazz sendiri berasal dari bahasa "slang" daerah pantai barat Amerika dan pertama kali digunakan untuk menerangkan musik ini di Chicago pada tahun 1915. Semenjak berkembang pada awal abad ke 20 jazz telah berkembangmenjadi berbagai macam genre. Dari era ragtime pada awalnya, ke era bigband dan swing pada tahun 1930 dan 1940, bebop pada pertengahan 1940-an, perkembangan ke arah latin jazz, semacam afro cuban dan brazillian pada 1950 dan 1960, jazz rock atau fusion dari tahun 1970 dan perkembangan terakhir seperti acid jazz, world music, trip hop, cross over dan lain lain...